Kelompok 9
M.Oktorianta.B 11-119
A. Latar belakang.
Ø Pengertian
stress.
Stress secara umum
adalah suatu keadaan dimana kita mempersepsikan kesenjangan antara sumber daya
yang kita punya dengan tuntutan keadaan. Stress bisa dibagi 2 yaitu physical atau fisik dan psychological atau
psikologis. Suatu keadaan atau kejadian yang memicu stress disebut stressor. Hal
hal seperti pekerjaan, tugas kuliah, keadaan keluarga , atau bahkan suhu panas dan
macet adalah stressor yang umum terjadi di kehidupan kita sehari hari.
Ø Bunuh
diri di Indonesia.
Fenomena bunuh diri di
kalangan remaja di Indonesia dari bulan januari sampai juni 2012 saja tercatat
hingga 20 kasus (Komnas Anak). Dari kasus itu pemicu bunuh diri terbanyak
adalah masalah cinta remaja (8 kasus) , masalah ekonomi (7 kasus), masalah
keluarga (4 kasus) dan masalah sekolah (1 kasus).
Dari situ bisa kita
lihat bahwa stressor yang ada sehari hari pun sudah memungkinkan untuk jadi
pemicu bunuh diri pada mereka yang rentan. Remaja yang sedang dalam masa
peralihan yang kita tahu tidak mudah, bisa menambah resiko prilaku membahayakan
diri apabila tidak mampu mengelola stressnya dengan baik.
Ø Pengertian
sosialisasi
Brim (1966) mendefinisikan
sosialisasi sebagai proses dimana seseorang memperoleh pengetahuan, kemampuan
dan dasar yang membuat mereka mampu atau tidak mampu menjadi anggota dari suatu
kelompok. Bisa kita simpulkan bahwa sosialisasi adalah proses asimilasi dan
akomodasi nilai dan norma yang dibutuhkan untuk menjadi anggota suatu kelompok
(masyarakat).
B. Tujuan
kegiatan.
· Memberi edukasi terhadap mahasiswa pada
khususnya untuk dapat lebih sensitive mengenali individu individu yang rentan
dalam melakukan prilaku membahayakan diri.
·
Sebagai masukan bagi kelompok dan kelas
tentang metode sosialisasi suicide
awareness yang baik pada mahasiswa,
terkhusus mahasiswa psikologi.
C.
Rancangan
kegiatan.
Pada awalnya kelompok
ingin melakukan semacam edukasi menggosok gigi yang baik dengan target
anak-anak. Namun, karena kurangnya referensi kami mengenai hal tersebut salah
satu dari anggota mengemukakan ide mengenai sosialisasi “suicide prevention” pada mahasiswa.
Dasarnya adalah, kita
sebagai mahasiswa psikologi yang mempelajari proses mental manusia tentu
diharapkan setidaknya dapat mengenali meskipun secara kasar, individu yang
rentan melakukan prilaku ini. Meskipun tentu untuk penanganan yang baik akan
dibutuhkan skill dan pengetahuan yang melampaui jenjang pendidikan S1 namun,
diharapkan kegiatan ini dapat memberikan awareness pada kita semua tentang
fenomena bunuh diri.
D. Metode.
Kelompok berencana
menggunakan media video yang berisi konten mengenai sosialisasi bunuh diri
dalam kemasan drama musikal. Hal ini dirumuskan setelah melalui proses inkubasi
ide, diketahui bahwa 2 dari 4 orang kelompok kami memiliki kemampuan menyanyi
yang baik, sehingga kelompok memutuskan untuk mengeksploitasi kelebihan ini.
REVIEW DAN EVALUASI KELOMPOK 9
Teori
4P Pada Produk Kreatifitas Kelompok 9
Ø Pribadi:
Setiap anggota memiliki
keunikan dan bakat masing-masing. Ada yang mampu olah vokal, editor video,
bahkan idealisme yang berbeda dari masing-masing anggota kelompok. Namun,
perbedaan tersebut tidak menjadi hambatan kelompok untuk menghasilkan sebuah
produk kreatif. Perbedaan tersebut justru dimanfaatkan untuk menghasilkan
sebuah ide, dimana keunikan masing-masing mkelompok disatukan untuk
menghasilkan sebuah ide kreatif. Disamping itu, masing-masing anggota dalam
kelompok tidak mau hanya melakukan apa yang biasa dilakukan, melainkan ada
keinginan dalam setiap anggota kelompok untuk lebih eksplor dan
mengaktualisasikan diri akan apa yang belum pernah dilakukan sebelumnya.
Melalui pertimbangan kondisi ini, serta mempertimbangkan ide demi ide yang
diusulkan, kelompok sepakat untuk menghasilkan sebuah produk kreatif dalam hal
seni peran (akting). Namun karena kelompok juga masih baru belajar dalan bidang
ini, kelompok sepakat untuk menuangkannya dalam bentuk vidio. Hal ini
dikarenakan melalui proses pembuatan video, kelompok bisa mengevaluasi adegan
demi adegan untuk mendapatkan scene yang maksimal dari adegan yang kami
perankan.
Ø Press:
Yang menjadi pendorong
kami, pertama adalah bagaimana kelompok menghasilkan sebuah produk kreatif
melalui sebuah kerja tim, yang biasanya masing-masing anggota kelompok biasanya
mengembangkan potensi kreatif secara individu. Idealisme anggota kelompok
menjadi tantangan, yaitu bagaimana mempersatukan perspektif masing-masing anggota
kelompok agar hasil yang diperoleh lebih maksimal. Kedua, akting yang baru
petama kali dilakukan oleh setiap anggota kelompok menjadi kesulitan dalam
proses pelaksanaan video ini. Karena hal ini benar-benar diluar zona nyaman dan
kemampuan masing-masing anggota. Ketiga, kesulitan untuk mempertahankan detail
video, yang dilakukan di dua tempat yang berbeda. Bagaimana kelompok harus peka
pada waktu pengambilan gambar (siang/sore/malam), serta detail-detail lainnya
seperti properti, tata letak, karakter peran, dan hal lain yang mendukung
kesesuaian dengan jalan cerita dan tujuan pembuatan video.
Ø Proses
1. Pertama
kelompok melakukan sharing mengenai ide cerita yang akan dibuat.
2. Setelah
ide cerita mengenai suicide prevention disepakati, kelompok membuat naskah/script
yang menjadi jalan cerita dan konsep video ini
3. Setelah
jalan cerita ditentukan, kelompok membagi peran dan kontribusi selama proses
pelakasanaan pembuatan video, yaitu sebagai berikut:
- Okto sebagai strory teller, editor, dan berperan sebagai pemeran utama dalam video
- Simson mengambil bagian setting, properti, dan artistik, dan berperan sebagai personifikasi depresi pemeran utama.
- Rifani mengambil bagian musik, lagu, dan stylist (pengarah gaya, ekspresi, dsb), dan berperan sebagai personifikasi depresi pemeran utama
- Agnes berperan sebagai kameramen utama, dan berperan sebagai deuteragonist (karakter kedua terpenting) dalam video.
4. Kelompok
mulai melakukan persiapan untuk
mengambil scene, seperti mempersiapkan peralatan (kamera), lokasi, pakaian, dan
properti lain yang digunakan.
5. Kelompok
mulai melakukan pengambilan gambar di lokasi pertama, yaitu di rumah pemeran
utama (Okto) tepatnya di bagian kamar tidur untuk mengambil scene pemeran utama
mulai bagun tidur hingga aktifitas untuk mengawali rutinitas kesehariannya. Di lokasi ini juga sekaligus diambil potongan
scene pemeran utama kembali setelah melakukan aktifitas kesehariaanya, dan
scene intensi pemeran utama untuk bunuh diri (adegan klimaks)
6. Setelah
scene pada lokasi pertama diambil, kelompok berangkat ke kampus (fakultas psikologi
usu) untuk mengabil scene berikutnya, yaitu scene yang menggambarkan depresi
pemeran utama, dan closing statement oleh kelompok. Awalnya kelompok berencana
menggunakan ruangan b.2.7. Namun diluar perkiraan kelompok, ruangan tersebut
tidak kondusif untuk mengambil scene dikarenakan ada kegiatan lain yang sedang
berlangsung di sekitar ruangan tersebut. Sehingga kelompok beralih ke ruangan
C.3.1, untuk pengambilan gambar.
7. Pengambilan gambar di lokasi kedua, terdapat beberapa perubahan dari rencana
awal. Pertama, penggunaan properti seperti handphone, karena scene yang
berkenaan dengan properti tersebut dianggap tidak terlalu penting dan
memperlama durasi. Kedua, awalnya kelompok ingin menggunakan jasa figuran,
namun karena di sekitar lokasi yang baru sedang tidak ada perkuliahan ataupun
mahasiswa yang berlalu lalang, sehingga ada beberapa adegan yang harus potong
dan diganti. Ketiga, ada scene yang seharusnya diambil di koridor, namun karena
pengambilan gambar dianggap lebih cocok di dalam ruangan kelas, hal tersebut
tidak jadi dilakukan
8. Setelah
scene terkumpul, dilakukan proses editing dan penyatuan gambar menjadi sebuah
video yang utuh
Ø Produk:
Video
dengan tema suicide prevention.
JALAN CERITA (Script)
Secara umum, cerita menggambarkan pria yang depresi. Scene pertama diawali di ruangan kamar
pemeran utama. Scene ini bertujuan untuk memperlihatkan karakter dan keseharian
pemeran utama. Kelompok berusaha untuk memperlihatkan pemeran karakter utama
yang sangat introvert dan memiliki permasalahan pribadi. Hal-hal yang mendukung
dilakukan dengan membuat setting se-detail mungkin, seperti cermin yang sengaja
ditutup dengan pakaian, semua bingkai foto sengaja diturunkan dan diletakkan
dalam posisi tertutup. Ada juga adegan dimana pemeran utama membuang semua
kartu identitas seperti SIM, KTP dan kartu mahasiswa. Setelah itu dilanjutkan
dengan adegan pemeran utama menyembunyikan sebuah pistol yang menjadi alat yang
mendukung dia nantinya akan bunuh diri. Adengan ini berupaya untuk menunjukkan
adanya intensi pemeran utama untuk bunuh diri. Setelah itu bagian pertama
diakhiri dengan pemeran utama keluar dari pintu untuk pergi beraktifitas
(kuliah).
Bagian kedua beralih ke lokasi ruangan kampus. Pada bagain ini,
ditunjukkan betapa depresinya pemeran utama. Personifikasi depresi tersebut
diperankan olah dua orang yang bernyanyi. Lagu lagu dinyanyikan accapella,
yaitu: depresi diariku (last child), lihatlah lebih dekat (sherina), dan
berhenti berharap (SO7). Selain itu kelompok juga menggunakan media papan tulis
yang menggambarkan depresi pemeran utama, yaitu keluarga, teman, cinta, bahkan
Tuhan, yang dihapus oleh pemeran personifikasi depresi (rifani dan simson), hal
ini adalah upaya untuk menggambarkan sebuah pemikiran pada pemeran utama bahwa
tidak ada satupun yang peduli akan kondisinya, yang membuatnya semakin stress
dan depresi. Scene selanjutnya yaitu adegan teriak, dan pertemuan pemeran utama
dengan protagonis. Adegan ini percakapan antara pemeran utama dan protagonis,
agnes (protagonis) mengajak okto (pemeran utama) untuk datang ke event yang
diselenggarakan olehnya. Agnes melihat kto yang murung menggambar sebuah smiley
senyum di bagian kanan kening okto tanpa disadarinya, karena tidak menghiraukan
perbuatan agnes okto berniat pulang dan adegan yang dilakukannya adalah keluar
ruangan.
Bagian ketiga okto sampai di rumah, membuka pintu kamar, meletakkan tas
di kursi, lalu duduk di sofa. Disofa, ia kebingungan dan menunjukkan ekspresi
depresi dan cemas, hal ini menunjukkan intensi pemeran utama untuk bunuh diri.
Okto mengambil pistol yang disembunyikannya dibawah sofa dan mengarahkan mulut
pistol kebagian bawah rahang nya. Okto semakin cemas, dan branjak dari sofa
membuka tirai jedela kacanya sekedar memastikan tidak ada orang di sekitarnya
yang akan menghalanginya untuk bunuh diri. Ketika ia beranjak sekilas ia
melihat wajahnya di bagian cermin yang tidak tertutupi oleh kain. Penasaran
akan gambar yang ada diwajahnya, ia menyingkapkan pakian yang menutupi
keseluruhan kaca tersebut dan melihat wajahnya lebih dekat. Ia meliat smiley
senyum yang digambar oleh pemeran protagonis sebelumnya. Ia tersenyum, melihat
pistolnya, meletakanya dan mengurungkan niatnya bunuh diri. Hal ini adalah
upaya untuk menunjukkan bahwa salah satu pencegahan bunuh diri adalah kita
sebagai lingkungan yang harus memberi respon dan sikap positif pada semua
orang, dalam hal ini menunjukkan afeksi dan afiliasi pada osetiap orang.
Klimaks dilakukan dengan menyorot gambar pistol yang diletakan oleh pemeran
utama.
Bagian keempat closing statement, dilakukan oleh setiap anggota
kelompok yang berbicara bergantian mengenai fenomena bunuh diri dan
pencegahannya. Ucapan terimakasih dan diakhiri dengan bernyanyi bersama “salam
bagi sahabat” oleh glen fredly
EVALUASI
Ketika pemutaran perdana Film ini di kelas mata kuliah kreativitas. Ada
beberapa feedback yang kami dapatkan dari audiens. Contohnya :
1. Konsep dan eksekusi film sudah bagus namun ada
elemen cerita yang kurang. karena ketidak jelasan penyebab depresi si tokoh
utama. Evaluasi ini kami terima sebagai evaluasi yang membangun, meski konsep
film kami memang memberikan perspekstif seluas mungkin kepada audiens yang
merupakan mahasiswa psikologi yang kami percaya tidak perlu lagi penjelasan
mengenai stress dan elemen elemennya.
2. Apresiasi dari teman teman yang memuji konsep
kontemplasi dengan papan tulis dan drama musikalnya begitu juga dengan konsep
video secara keseluruhan.
Kemudian atas instruksi Ibu Dina kami mengupload Film kami ke website
youtube dan memposting di grup Satukan Hati demi mendapat feedback dari para
civitas academia kampus psikologi. Respon yang kami dapatkan kebanyakan
mengomentari konsep produk yang tidak biasa dan kehebatan penyanyi kami (Rifany
dan Simpson). Dari hanya beberapa komentar tidak terlalu banyak kesimpulan yang
bisa kami dapat selain pujian dari performa kami dalam film.
Secara keseluruhan, beberapa poin evaluasi yang kami dapat baik dari
feedback maupun introspeksi dalam kelompok adalah :
1. Konsep kami sudah baik, namun konten yang
diproduksi masih sangat psikologi, sehingga masyarakat awam akan sulit untuk
mencerna film kami. Meskipun target audiencenya memang para psikolog atau calon
psikolog.
2. Kurangnya kemampuan teknis jadi penghalang untuk
kualitas produksi yang baik. Baik itu kemampuan acting, directing dan editing. Kami
ingin mencoba hal baru , namun mestinya kami bisa lebih menyiapkan diri dan
meningkatkan kompetensi.
Demikian evaluasi dari kelompok kami, tentu baik produk kami maupun
kami sendiri tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan untuk itu kami minta
maaf. Namun melihat kebelakang, kami berkreasi dengan senang dan kami bangga
akan produk yang kami hasilkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar